top of page

Sejarah Perjalanan BEM-SIB-BEM

Kedatangan Dan Pelayanan Misi Borneo Evangelical Mission (BEM)

​

Pada 31 Ogos 1928, Lembaga Misi Borneo Evangelical Mission (BEM) telah ditubuhkan pada di Melbourne Australia oleh 10 orang ahli pendiri majlis  iaitu C.H. Perrin, E. Stafford Young, Mabel E. Beath, Harold Jeffrey, Mrs. R. S. Tregaskis, Rev. C.H. Nash, Carey W. Tolley, Frank T. Davidson, Alexander Henderson dan  C. Hudson Southwell. Pada 12 November 1928, ada 3 orang daripada mereka ini datang ke Kuching sebagai Utusan misi BEM, iaitu C. Hudson Southwell, Frank T. Davidson, Carey W. Tolley. Pada waktu itu, Raja Charles Vyner Brooke memberi kelulusan kepada mereka untuk bertapak dan mula pelayanan di Sepangah Ulu Limbang, khususnya diantara suku Iban dan Bisaya. Enam tahun Pelayanan di sana tidak begitu mengahasilkan buah Pelayanan sehingga setelah mereka mendapat kelulusan dari Rajah Brooke mereka berpindah ke Trusan pada tahun 1937. Pelayanan diantara suku Lun Bawang inilah yang mula menghasilkan pelayanan sehingga Frank Davidson mendirikan sebuah sekolah Alkitab di Long Arur Angad, Medihit, Ulu Limbang pada bulan Januari 1940 dan kemudian hari dipindahkan ke Long Kuton, Trusan pada bulan April 1940.

​

Pada tahun 1936, Pelayanan Penginjilan  mula digerakkan  ke Sabah  khasnya di kawasan Ranau dan  Kampong Parad, Tuaran dan mula dari sanalah Pelayanan bergerak menjangkau di tempat-tempat lain. Pelayanan yang telah dipanjangkan oleh BEM dari awalnya terdapat sekatan yang dikenakan oleh pegawai-pegawai Kerajaan dan pemimpin-pemimpin puak kafir, masalah kesihatan dan keperluan dana yang dihadapi oleh para Penginjil. Pelayanan yang mula oleh beberapa  individu telah Tuhan pakai untuk membawa pergerakan kepada orang-orang awam di suku-suku  keseluruhan beralih kepada-Nya. Keajaiban demi keajaiban berlaku dan Allah membebaskan ramai orang yang dilayani dari ikatan rasa takut dan penindasan paganisme. Injil mula tersebar dari satu kaum yang lain, dari kampung ke kampung, hiliran dan huluan.

Pada tahun 1942, semua mubaligh ditahan di Kem pertahanan di Kuching dan pada bulan April tahun 1945 Frank Davidson meninggal di Kem Pertahanan ini. Pada 1947, setelah Perang Dunia Kedua berakhir, ada bebepara orang mubaligh yang balik lagi ke Sarawak dan membangun Pusat mereka di Buduk Ngeri, Lawas dan pada tahun 1952 mereka berpindah lagi ke Tanah Misi Lawas. Pada tahun 1948 sebuah Sekolah  Theologi ditubuhkan di Buduk Ngari, Lawas untuk mengajar para pemimpin baru dan melatih mereka untuk melayani jemaat dan orang lain. Sekolah Pelayan jangka pendek dibuat dibeberapa tempat dengan tujuan untuk memperlengkapi dan mendewasakan jemaat. Strategi dan cara ini sangat  menyumbang kepada perkembangan dan pertumbuhan gereja khususnya diantara suku Lun Bawang, Kelabit, Kayan, Kenyah, Penan dan suku-suku Orang Ulu lainnya.

​

Pada bulan Jun tahun 1950, kapal terbang Misi BEM yang dinamakan “Selamat” membuat pendaratan Pertama di Mission Lawas. Pada bulan Ogos 1950 juga BEM mengesahkan dan melaksanakan Polisi Lima belas (15) Tahun. Melalui misi 15 tahun inilah persiapan BEM untuk mengadakan proses latihan dan peralihan kepemimpinan daripada Pelayanan Misi BEM yang dianggotai oleh para mubaligh Luar Negara kepada para pemimpin yang diambil alih oleh orang-orang asal atau orang-orang tempatan. Melalui persiapan peralihan seperti inilah yang membuat kelangsungan dan kelestarian pertubuhan dan perkembangan serta kepemimpinan SIB swemakin kuat dan mantap. Sepanjang lima belas tahun inilah BEM melakukan apa yang dikatakan oleh Pdt Brian Michele dalam Disertasi Doktoranlya, “In many situations, however, missionary closer has been implemented very effectively with churches well equipped to take responsibility for their own growth and ministries and reach to relevantly to those around them who do not yet know Christ. Such commitment to indigenisation involves giving opportunity for meaningful autonomy and the maturing exercise of the Holy Spirit’s gifts, together with the challenge and mobilization to live as genuinely indigenous communities of Christ’s people, witnessing clearly, living faithfully, speaking prophetically, serving sacrificially, developing biblically and theologizing contextually, true to their culture and their Lord. Consideration of this principle of establishing truly indigenous churches and working towards a goal of missionary closer is thus again relevant and timely.”

 

Pada tahun 1975, BEM memberi Sijil pendaftarannya kepada Overseas Missionary Fellowship (yang pada awalnya dikenal sebagai China Inland Mission) di Singapura. Badan misi BEM inilah yang merupakan Gelombang Pertama pertubuhan dan perkembangan BEM sejak tahun 1928 sampai dengan 1958 (30 tahun).

bottom of page